Biografi Syekh Abu Bakar bin Hiwaar Al-Bathoihy RHM.

 بسم الله الرحن الرحيم
Segala Puji Kepunyaan Allah SWT. yang telah memberikan kelebihan hambanya yang berbeda-beda

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ عَدَدَ مَا عَلِمَ اللهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ زِنَةَ مَا عَلِمَ اللهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مِلْءَ مَا عَلِمَ اللهُ

Syaikh Abu Bakar bin Hiwaar Al-Bathaihy RHM. adalah seorang Syekh yang meramal akan munculnya Wali Quthbul Autad yang bernama Syekh Abdul Qadir jailani di Negara Irak
===================================================================

Syaikh Abu Bakar bin Hiwaar Al-Bathaihy RHM. adalah seorang ulama terkenal dan menjadi rujukan para syaikh Iraq. Beliaulah orang pertama yang memunculkan kembali sebutan syaikh di Iraq setelah beberapa waktu menghilang. Beliau juga mengatakan, “Barang siapa yang menziarahi kuburku, selama empat puluh empat hari akan dianugerahi bebas dari neraka di hari akhirnya”.
Beliau juga berkata, “Aku membuat perjanjian dengan Allah bahwa siapapun yang masuk dalam kuburanku ini tidak akan disentuh api neraka”. Bahkan diriwayatkan bahwa setiap daging atau ikan yang di bawa masuk ke kuburannya tidak akan dapat dimasak, direbus maupun dibakar.
Darinya muncul syaikh-syaikh besar seperti syaikh Muhammad As-Syanbaki dan yang lainnya. Banyak syaikh Iraq yang merujuk kepadanya, dan tak terhitung para shufi yang belajar kepada beliau. Dan telah menjadi konsensus para ulama Iraq-pada saat itu- untuk menghormati, memuliakan, merujuk perkataannya, menuruti keputusannya.
Beliau menjadi tujuan ziarah dan nadzar dari berbagai negara serta tujuan utama para pesuluk. Beliau memiliki sifat yang baik, akhlak yang mulia dan adab yang sempurna. Sangat tawadhu’ dan memperhatikan hukum syar’i. Beliau juga memiliki perkataan berkualitas tinggi dalam ma’rifahnya diantaranya :
Hikmah berbicara dalam hati orang-orang ‘arif adalah dengan bahasa tashdiq (kejujuran) dan dalam hati orang-orang zahid adalah dengan bahasa tafdhil (pengistimewaan). Sedangkan dalam hati ahli ibadah, hikmah berbicara dengan bahasa taufik. Kemudian dalam hati golongan muurid, hikmah berbicara dengan bahasa dzikir. Dalam hati para pecinta, hikma berbicara dengan bahasa kerinduan.
Kebersamaan dengan Allah akan dapat dicapai dengan adab yang baik dan kontinuitas ketakutan (haibah) serta konsistensi ketaatan. Sedangkan kebersamaan dengan RasuluLlah SAW dapat digapai dengan mengikuti sunahnya dan terus menerus menuntut ilmu. Kebersamaan dengan keluarga dapat dicapai dengan akhlak yang baik. Dan kebersamaan bersama saudara dapat dilaksanakan dengan selalu memberikan kegembiraan-selama tidak melanggar janji-. Sedangkan kebersamaan dengan orang-orang bodoh dilakukan dengan tak putus mendoakannya serta mengasihinya.
Berkumpul bersama Al-Haq berarti terpisahnya diri dari selainNya. Dan terpisahnya dia dari selain Allah membuatnya berkumpul bersamaNya. Barang siapa mencapai Allah dengan cinta maka ia melepaskan dirinya dari manusia.
Dan jika Allah adalah Esa, maka yang ingin mendapatkannya juga harus sendiri.
Orang-orang yang rindu sangat ingin bertemu dengan kekasihnya tanpa peduli penyaksian mereka terhadap Sang Kekasih dapat membuat mereka luluh. Hal tersebut dapat membuat berbagai makna yang tidak dapat dicerap oleh orang lain tampak di hadapan mereka dan dengan lidah cinta Allah memanggil mereka, “kemarilah kepadaKu”. Panggilan tersebut mendatangkan kenikmatan luar biasa kepada mereka dan ketika hijab tersingkap kenikmatan tersebut manjadi kebahagiaan.
Tangisan dan rasa takut akan mengantarkanmu kepada Allah, sedangkan ujub menjauhkan engkau dariNya.
Penghinaanmu kepada manusia adalah suatu penyakit parah yang tidak terobati
Sebelumnya beliau adalah seorang pemimpin perampok di Bathaih. Pada suatu malam ia mendengar seorang wanita berkata kepada suaminya, “Turun kemari agar kita tidak ditangkap oleh Ibnu Huwara dan kawan-kawannya.” Seketika itu pula ia tersentak dan menangis, “Orang-orang takut kepadaku, dan aku masih tidak takut kepada Allah. “ Saat itu pula ia dan kawannya bertobat dan berkelana dengan tekad kesungguhan dan keikhlasan akan kehendak Allah atas dirinya.
Saat itu tidak ada seorang syaikhpun yang terkenal di Iraq. Di dalam mimpi beliau bertemu dengan RasuluLlah SAW yang datang bersama Abu Bakar Ash-Shidiq ra. “Yaa RasuluLlah, pakaikan aku khirqah (jubah keshufian) pintanya. “Aku Nabimu dan ini syaikhmu”. Jawab RasuluLlah seraya menunjuk Abu Bakar. Kemudian RasuluLlah SAW berkata, “Abu Bakar, pakaikan Ibnu Huwara ini.” Abu Bakar kemudian memakaikan baju dan thaqiyahnya kepadaku lalau mengusap kepalaku seraya berkata, “BarakaLlahu fiika (semoga Allah memberkahi dirimu).” Kemudian RasuluLlah SAW berkata kepadanya, “Abu Bakar, hidupkan kembali sunnah ahli thariqah umatku di Iraq, dan tumbuhkan ahli hakikat serta para pecinta Allah. Engkaulah sumber para syaikh Iraq hingga hari kiyamat. Telah aku hembuskan nafas Allah di tubuhmu.”
Ia kemudian terbangun dan telah mendapatkan dirinya memakai pakaian dan topi tersebut. Dan saat itu terdengar suara dari Iraq bahwa Ibnu Huwara telah sampai kepada Allah.
Syaikh Abu Muhammad Asy-Syanbaki berkata, “Syaikh Abu Bakar bin Huwara adalah syaikh pertama di Iraq setelah sekian lama hilang. Saat itu Bathaih seakan terbakar oleh cahaya akibat dilintasi oleh rijal Al-Ghaib. Beliau adalah orang yang mustajab do’anya.”
Syaikh Ahmad bin Abi Hasan Ali Ar-Rifa’i berkata, “suatu hari seorang perempuan datang menghadap Syaikh Abu Bakar bin Huwara. Dia berkata, “Puteraku satu-satunya tenggelam di sungai dan hanya dia seorang yang aku miliki. Aku bersumpah demi Allah bahwa Allah menganugerahi kepadamu kemampuan untuk mengembalikan puteraku. Jika engkau tidak mau, aku akan mengadu kepada Allah. Akan aku katakan, ‘aku datangi dia dengan penuh permohonan dan dia mampu memberikan apa yang aku minta namun dia tidak meluluskannya’”.
Setelah mendengar penuturan tersebut sang Syaikh bangkit dan berkata, “Tunjukkan kepadaku di mana anakmu tenggelam”. Kemudian bersama ibu tersebut pergi ke pantai dan mendapati putera ibu tersebut telah mengambang dalam keadaan mati. Sang Syaikh turun ke air dan berenang serta membawanya di pundak beliau. Setelah mengeluarkannya dari air, beliau menyerahkan anak tersebut kepada ibunya seraya berkata, “Ambilah dia, aku menemukannya dalam keadaan hidup. “ Seketika itu pula sang anak tiba-tiba bergerak dan berjalan bergandengan tangan bersama ibunya seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.
Dalam riwayat lain beliau berkisah, “Saat terjadi gempa di wasith, beliau turun ke Bahmut setelah tanah terbelah dan berkata, “Tenanglah wahai hamba Allah. ‘ Bahmut tersebut menjawab, ‘Aku diperintahkan untuk mematuhimu’. Dan seketika itu pila gempa mereda.
Syaikh Muhammad Asy-syanbaki berkata, “Saat aku mendatangi Syaikh Abu Bakar di Bathaih, aku mendapati beliau sedang dudk di atas air diantara pepohonan seorang diri dikelilingi oleh singa. Saat ia keluar dari air, seekor singa tersebut berguling-guling di kakinya.
Pada suatu hari aku juga melihat seekor singa besar menggoyang-goyangkan surainya di tanah seakan-akan sedang berbicara. Lalu aku mendengar sang syaikh seolah memberi jawaban dan si singa berlalu dari tempat itu.
‘Demi yang memberikan nikmat kepadamu, apa yang dikatakan singa itu kepada anda dan apa yang anda katakan kepada singa tersebut ?’ tanyaku kepadanya. Beliau berkata, ‘si singa berkata kepadaku,”tiga hari sudah aku tidak makan dan rasa laparku hampir membunuhku. Kemudian setelah aku memohon pertolongan kepada Allah di waktu sahur, sebuah suara berkata kepadaku, ‘Rizkimu adalah seekor sapi di daerah Hamamiyah yang akan engkau dapatkan sebagai ganti dari sesuatu yang buruk yang akan menimpamu’. Aku berkata kepadanya, ‘Yang menimpamu adalah sebuah luka di sebelah kanan dan akan sembuh setelah satu minggu. Sesungguhnya aku melihat di lauh mahfudz babhwa sapi tersebut adalah rizkinya. Namun ketika ia akan memburu sapi tersebut keluarlah sebelas orang dari Hamamiyah hendak membunuhnya. Hasilnya tiga orang meninggal dunia. Salah seorang dari yang ketiganya akan meninggal dunia satu jam sebelum sebelum yang lain, dan yang ke tiga akan meninggal tujuh jam setelah ysng ke dua. Sedangkan si singa akan mengalami luka di sebelah kanannya dan sembuh dalam waktu satu minggu’.
Setelah mendengar penuturannya aku segera manuju Hamamiyah dan mendapati singa telah mendahuluiku dan terjadilah peristiwa seperti yang diceritakan sang syaikh kepada diriku. Seminggu setelah itu aku bertemu dengan si singa tersebut dengan luka yang telah sembuh ketika menghadap Syaikh Abu Bakar.”
Dalam riwayat lain beliau bercerita, “Beliau pernah berwudhu di sumur yang telah kering, seketika itu pula sumur tersebut telah menjadi penuh dan jernih”.
Beliau berasal dari suku Hawari dari bangsa Kurdi.tinggal di Bathaih dan wafat pada abad ke enam Hijriyyah serta dikuburkan di tanah Malha’ dan kematiannya ditangisi pula oleh para jin.

Wallahu A`lam.

اللهم نوّر قلوبنا بنور معرفتك وبهِّج أرواحنا برَوح محبتك يا ودود

مختصر سيرة الشيخ ابو بكر بن هـوار البطائحي
اسمه
أبو بكر بن هـوار البطائحي
لقبه
البطائحي ، الهوار : نسبة إلى طائفة من الاكراد 
مسكنه
أصله من واسط العراق 
معاصريه
محمد الشنبكي تلميذه ، وعزاز بن مستودع البطائحي ، وأحمد بن أبي الحسن الرافعي
أخباره
كان عظيم القدر كبير الشأن وإليه ينتمي أعيان مشايخ العراق وهو أول من أسس المشيخة بالعراق بعد انقراض مشايخ الرسالة وهو القائل من زار قبري أربعين أربعاء أوتي في آخرها براءة من النار . وقال اخذت من ربي عز وجل عهداً أن النار لا تحرق جسداً دخل حرمي هـذا . ويقال انه ما دخل حرمه يعني تربته سمك ولا لحم إلا ولم ينضج بالنار لا طبخاً ولا شياً , وتخرج بصحبته غير واحد من الأكابر مثل الشيخ محمد الشنبكي وغيره وانتمى إليه أكثر أعيان مشايخ العراق , وقال بإرادته جم غفير من ذوي الأحوال الفاخرة وتلمذ له خلق لا يحصون من أرباب المقامات الرفيعة وانعقد عليه الاجماع من المشايخ والعلماء بالتجبيل والتعظيم والرجوع إلى قوله والمصير إلى حكمه وقصد بالزيارات من النذورات من كل قطر ، وروى بالأمالي من كل جهة ، واهرع إليه السلوك من كل فج عميق وكان جميل الصفات شريف الاخلاق كامل الأدب كثير التواضع شديد الاقتفاء لأحكام الشرع مكرماً لأهل السنة والدين وله كلام عال في علوم المعارف 
كراماته
كان رضي الله عنه في أول حاله يقطع الطريق بالبطائح ومعه رفقاء وهو مقدمهم فسمع
ليلة امرأة تقول لزوجها انزل هـهنا لئلا يأخذنا ابن هـوار وأصحابه ,فاتعظ وبكى وقال الناس يخافونني وأنا لا أخاف الله تعالى وتاب في وقته وتاب معه أصحابه وانقطع مكانه متوجهاً إلى الله تعالى على قدم الصدق والاخلاص في إرادته ولم يكن يومئذ بالعراق شيخ مشهور فرأى في منامه رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم وأبا بكر الصديق رضي الله عنه فقال : يا رسول الله ألبسني خرقة فقال يا ابن هـوار أنا نبيك وهذا شيخك وأشار إلى الصديق رضي الله عنه ثم قال ألبس سميك ابن هـوار فألبسه الصديق رضي الله عنه ثوباً وطاقية ومر بيده على رأسه ومسح على ناصيته وقال : بارك الله فيك وقال له رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم يا أبا بكر : تحيى سنن أهل الطريق من أمتي بالعراق بعد موتها ويقوم منا أرباب الحقائق من أحباب الله بعد درسها وفيك تكون المشيخة بالعراق إلى يوم القيامة وقد هـبت نسمات الله تعالى بظهورك ثم استيقظ فوجد الثوب والطاقية عليه , وكان نودي في العراق أن ابن هـوار وصل إلى الله تعالى عز وجل
قال الشيخ أبو محمد الشنبكي المتقدم ذكره رضي الله عنه كنت أتيته وهو في البطيحة وحده والأسد محدقة به يتمرغ بعضها على قدميه 
وقال الشيخ عزاز بن مستودع البطائحي : الشيخ أبو بكر بن هـوار أول المشايخ بالعراق بعد مضي السلف وكانت الأنوار تخترق البطائح من كثرة ما يطرقها رجال الغيب وكان مجاب الدعوة ظاهر التصريف . وقال الشيخ أحمد بن أبي الحسن علي الرافعي أتت امرأة إلى الشيخ أبي بكر بن هـوار وقالت له : أن ابني غرق في الشط وليس لي سواه وأنا أقسم بالله عز وجل قدرك على رده على فان لم تفعل شكوتك إلى الله والى رسوله صلى الله تعالى عليه وسلم أقول يا رب أتيته ملهوفة وكان قادراً على رد لهفي فلم يفعل فأطرق ثم قال أريني أين غرق أبنك فأتت به إلى الشط فإذا ابنها قد طفى على وجه الماء ميتاً فسبح الشيخ في الماء حتى وصل إليه وحمله على عاتقه واخرجه واعطاه إلى أمه وقال خذيه فقد وجدته حياً فانصرفت وهو يمشي معها ويده في يدها كأن لم يكن به شيء قط ، وزلزلت واسط مرة فنزلت إلى البهموت بعد أن اخترق الأرضين السبع وقال له : اسكن يا عبد الله فقال : أمرت أن اطيعك وحدك فسكن
حياته
كان حياً في القرن السادس الهجري
المصادر 
محمد بن يحيى التادفي – قلائد الجواهر – ص 78 – 79 
يوسف النبهاني– جامع كرامات الأولياء – ج 1 ص 255 – 256 
عبد الوهاب الشعراني – الطبقات الكبرى – ج 1 ص 132 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar